Lagi-lagi Tuhan
-Abdul
Ghafur-
Sumber Gambar : http://www.slideshare.net/mayanknaugaien/god-imagination-or-reality-v10-feb09
“aku tidak percaya tuhan...” jika ada yang berkata begini aku selalu
terpancing untuk bertanya. “lantas apa yang kamu percaya di dunia ini?” dan
apapun jawabanya aku pasti sudah mempersiapkan diriku untuk tersenyum dihadapan
orang itu.
Pernyataan ini
sebenarnya bukanlah hal baru dalam sejarah kehidupan manusia. Nietzschen
misalnya, seabad yang lalu ia berani mengatakan dengan tegas “gott is tot”
(tuhan sudah mati) istilah ini menjadi populer dan masih didebatkan hingga
sekarang.
Pernyataan Nietzschen ini sebenarnya dapat
dipahami sebagai pengumuman akan kematian kehidupan spiritualnya beserta
teman-teman yang senasib dengannya. Ini dikarenakan warisan agama yang mereka
pahami tentang tuhan bukanlah hal yang mampu mendekatkan mereka pada keagungan,
kedamaian, keindahan Ilahiah, melainkan suatu bentuk dongeng-dongeng, takhayul
dan mitos yang tampak sebagai penghalang dalam kebebasan dan kreasi berfikir
serta otonomi manusia.
Sekarang kembali
kepada pertanyaan “apa itu Tuhan?” kalau kita coba definisinkan secara umum,
Tuhan adalah dzat yang maha ada yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu
yang ada dialam semesta. Pengertian ini lebih bersifat eksistensi. Namun jika
lebih menyelam untuk pengertian yang lebih esensi, maka dari pengertian diatas
juga terkandung bahwa Tuhan adalah segala sesuatu yang manusia persepsikan
memiliki kekuatan dan kuasa yang melebihi
manusia sendiri.
Dari persepsi tersebut akan muncul sebuah
keyakinan. Keyakinan akan bermetamorfosa menjadi keimanan ketika didalamnya
tercakup kecintaan, ketakutan dan pengharapan.
Sehingga singkatnya, Tuhan adalah apa yang
paling kita cintai, paling kita takuti dan paling kita berharap padanya. Dan
ketiga hal ini sangat tidak mungkin tidak dimiliki oleh manusia di dunia. Ketiga
hal ini bisa terpatri pada barang-barang dunia, seperti harta kekayaan, istri,
anak, orang tua, akal, pemikiran bahkan diri sendiri. Semua bisa saja menjadi
berhala-berhala yang dituhankan. Seorang
jendral yang mengaku atheis pun, ketika akan melepaskan pasukannya ke medan
pertempuran ia akan mengatakan “SEMOGA kita menang!!!” mungkin jarang
diperhatikan, namun kemana dan kepada siapa kata ‘Semoga’ yang bermuatan pengharapan
itu ditujukan?
Bagi saya penyataan sikap tidak berTuhan
merupakan wujud dari sifat egosentris yang meradang. Ego yang membutakan
seseorang dari luasnya semesta kebenaran. Ego yang tanpa mereka sadari
memperjelas sikap penuhanan mereka terhadap kebodohohan. kebodohan karena sikap
tidak acuh dan lari dari bukti-bukti yang jelas dan nyata. Mereka adalah
orang-orang yang terjebak dalam kajian-kajian tanpa penghayatan.
Karena itu, hingga saat ini saya berpendapat tidak ada manusia yang tak
berTuhan..
Namun pertanyaan yang lebih penting dari ini
semua adalah “kepada apa kita berTuhan???”
Binjai,
14 Agustus 2014
Ditulis
untuk menjawab pertanyaan Ikhsan
0 komentar: