Terhanyut dalam Drakor
Beberapa waktu belakangan ini saya cukup sering melihat drama korea (DRAKOR). Sebenarnya bukan hanya baru-baru ini saja saya coba menonton film atau drama korea, beberapa tahun lalu saat drakor masih tayang di TV, saya sering terpaksa mengikuti drama korea karena remot TV di rumah saat itu dibajak total oleh kakak saya yang (dulu) hobi menonton drakor di TV.
Sumber Gambar: http://sinemapedia.com/inilah-kumpulan-meme-lucu-drama-korea-dari-beragam-genre-442-1
Fenomena
drakor dengan pecintanya yang menjamur di Indonesia cukup menarik. Umumnya para
pecinta drakor adalah wanita (cewe-cwe) dengan kadar militansi yang
berbeda-beda. Ada pecinta garis wajar yang paling cuma senyam-senyum sendiri waktu
nonton, ada juga pecinta garis keras yang histeris teriak-teriak waktu nonton. …LOL…
Jadi
tulisan ini akan berisi ulasan subjektif saya sebagai penikmat drakor, dan
uraian mini berkaitan dengan fenomena drakor yang sangat digandrungi di
kalangan pecintanya di Indonesia. Poin-poin apa yang saya pikir menjadi titik
unggul drakor dibandingkan dengan sinetron Indonesia. Harapanya kita dapat
menilai lebih objektif fenomena para pecinta drakor. Tidak dengan justifikasi
sepihak dengan mengatakan ‘alay’ atau ‘lebay’ tanpa ada upaya untuk secara
objektif memahami bagaimana drakor itu sendiri.
Dari
beberapa judul drama yang saya tonton belakangan ini, digabungkan dengan
pengalaman menonton drama-drama korea lainnya beberapa tahun lalu, untuk genre romance saya pikir ada pola yang
selalu sama di dalamnya.
Jalan
cerita pada drakor biasanya berfokus pada cerita tentang dua orang, laki-laki
dan perempuan (belum pernah tahu drakor yang bercerita tentang pasangan sesame jenis
haha) --mulai dari sini si laki-laki kita sebut si A, dan perempuan si B—
Prologue
dimulai dengan si A dan B yang bertemu pada suatu momen tertentu atau keduanya sudah
lama mengenal namun belum memiliki perasaan khusus. Lalu bersamaan dengan
sebuah insiden, antara A dan B akan timbul benih-benih suka dan cinta, namun A atau B punya kendala dalam
memahami isi hatinya, ragu-ragu, dan bingung untuk memastikan ataupun meneguhkan
perasaan cintanya.
Biasanya
proses hingga salah satu diantara si A dan B memantapkan diri dan perasaan satu sama
lain untuk saling berhubungan, terjadi berkisar antara episode 4 sampai dengan
6. Khas drama korea, hal ini ditandai dengan keduanya saling berciuman atau
berpelukan.
Selanjutnya
akan datang karakter utama yang baru –kita sebut si C— yang kebanyakan datang
dari masa lalu A atau B. Si C datang sebagai ujian cinta bagi A dan B. Si A
atau B akan bertengkar, lalu di antara keduanya hampir-hampir akan tergoda pada
C. Beberapa drakor bahkan menambahkan karakter D yang fungsinya hampir sama
dengan si C. Tindakan C dan D biasanya juga punya keterkaitan hubungan ataupun
dukungan dari pihak kerabat/keluarga A dan B.
Namun
akhirnya semua ujian cinta akan berhasill dihadapi. Si C atau D akan dengan rela
melepas A dan B untuk terus bersama. Tahap ini akan mulai terlihat di episode
10 untuk drakor dengan total episode belasan atau episode 26 pada drakor dengan
total episode lebih dari 30. Dan akhirnya…. happy
ending. Dari penilaian Ending
cerita, drakor genre romance relatif lebih
mudah ditebak, beda dengan drama Jepang yang kadang unpredictable. (tapi disini kita tidak jauh membandingkan dengan
drama Jepang ya)
Pola-pola
seperti ini akan muncul pada setiap genre
romance drakor. Namun yang membedakannya adalah tema dan latar (setting) cerita. Misalnya tema kehidupan
para dokter dengan latar lingkungan rumah sakit, tema pegawai perusahaan dengan
latar kehidupan kantor dan sebagainya. Latar dan tema yang berbeda-beda ini
akan menimbulkan problematika yang berbeda-beda pula. Ini lah yang seakan
menjadi MSG (bumbu penyedap) dalam drakor.
Hal yang
saya pikir jadi nilai plus untuk
drakor adalah detil-detil latar yang sangat edukatif. Para penonton drakor akan
diperkenalkan, atau bahkan seolah-olah dibawa masuk ke dalam latar cerita,
misalnya dalam tema kehidupan polisi, penonton benar-benar akan melihat seluk
beluk kehidupan seorang polisi dengan detil-detil profesi tersebut. Detil tersebut
ditunjukkan melalui visual dan verbal tiap karakter. Gambaran kantor, penjara,
senjata dll akan terlihat sangat natural dan nyata. Istilah-istilah khusus dalam dunia kepolisian juga diucapkan
secara jelas dengan tanggung jawab referensi yang sesuai. Cotoh lain misalnya
dalam tema kedokteran, penonton akan dibawa mengenal kehidupan para dokter dan
lingkungan rumah sakit. Suka duka menjadi dokter, istilah-istilah penyakit,
alat-alat kedokteran dan sebagainya. Semua disampaikan secara jelas dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu penonton dicerdaskan dengan pengetahuan-pengetahuan
baru. Ini yang saya maksud mengedukasi.
Berbeda
jauh dengan sinetron Indonseia. Sinetron hanya focus pada prilaku karakter, terlihat
dari dialog yang berlebih, serta detil latar yang tidak jelas. Dalam sinetron
setiap karakter seolah kompak punya hobi yang sama, yaitu berdiri berlama-lama dan berbicara saling tatap-tatapan.
Beberapa sinetron kadang punya latar cerita di sebuah perusahaan, tapi tidak
jelas perusahaannya apa, bergerak dibidang apa, bagaimana si karakter menjalani
pekerjaannya, semua tidak dijelaskan detil. Tahu-tahu derektur bisa jatuh cinta
begitu saja dengan karyawan, tahu-tahu perusahaannya bangkrut dan karakternya
jatuh miskin tanpa kita ketahui alasan logis dan jelas mengenai bagaimana
perusahaannya bisa bangkrut.
Selanjutnya
dalam drakor Karakter antagonis (C & D) tidak statis dan konsisten sebagai
karakter berwatak jahat, begitu pun dengan karakter protagonist yang tidak
selalu berlaku baik. Hal ini menjadikan karakter-karakter dalam drakor terlihat
lebih manusiawi. Berbeda dengan sinetron yang dalam ceritanya seolah-oleh
membagi karakternya menjadi dua, malaikat dan iblis. Malaikat terus jadi
malaikat dengan prilaku super sabar dan ikhlas ketika ditindas, serta iblis
terus menjadi iblis dengan prilaku super menyebalkan dan jahatnya.
(Hahhh…
pokoknya kalau membahas keganjilan sinetron Indonesia bisa habis puluhan
halaman.. baiknya dibuat tulisan (postingan) khusus untuk ini. )
Lebih
lanjut mengenai drakor, faktor ketampanan karakter pria yang ditampilkan akan membuat
kita memaklumi para wanita (cewe-cewe) yang betah dan setia menonton tiap
episodenya. (Meski tipikal mukanya seragam semua LOL)
So, intinya
saya pikir drakor masih layak untuk ditonton. Apalagi jika pilihannya antara
sinetron dan drakor, maka saya lebih sarankan kita menonton drakor. Alasan utamanya
sederhana ‘Drakor lebih mendidik daripada sinetron.’ Namun sebaik apapun drakor
dan seburuk apapun sinetron, kita harus sadari bahwa keduanya hanyalah kisah
rekaan (fiksi). Kisah rekaan ini merupakan interpretasi harapan masyarakatnya. Harapan
tentu berlawanan dengan kenyataan. Kita ketahui Amerika dikenal dengan film superhero-nya,
ini karena masyarakatnya memiliki harapan akan adanya ‘superhero’ yang bisa
memberi perlindungan pada mereka setiap saat ditengah tingginya angka
kriminalitas di Amerika. Kalau kita melihat drakor menggambarkan hubungan yang
sangat manis dan romantis yang membuat kita berbunga-bunga menontonnya, dapat
kita asumsikan itu adalah harapan masyarakatnya dalam kehidupan nyata. Artinya dalam
kehidupan nyata masyarakat Korea, percintaan tidak terjadi seindah apa yang
kita lihat pada Drakor.
Teruusss,
Indonesia dengan sinetronnya mengharapkan apa?????? Hayoooo …
0 komentar: