Terhanyut dalam Drakor

Agustus 06, 2018 @bdul 0 Comments

Beberapa waktu belakangan ini saya cukup sering melihat drama korea (DRAKOR). Sebenarnya bukan hanya baru-baru ini saja saya coba menonton film atau drama korea, beberapa tahun lalu saat drakor masih tayang di TV, saya sering terpaksa mengikuti drama korea karena remot TV di rumah saat itu dibajak total oleh kakak saya yang (dulu) hobi menonton drakor di TV.


Sumber Gambar: http://sinemapedia.com/inilah-kumpulan-meme-lucu-drama-korea-dari-beragam-genre-442-1

Fenomena drakor dengan pecintanya yang menjamur di Indonesia cukup menarik. Umumnya para pecinta drakor adalah wanita (cewe-cwe) dengan kadar militansi yang berbeda-beda. Ada pecinta garis wajar yang paling cuma senyam-senyum sendiri waktu nonton, ada juga pecinta garis keras yang histeris teriak-teriak waktu nonton. …LOL…

Jadi tulisan ini akan berisi ulasan subjektif saya sebagai penikmat drakor, dan uraian mini berkaitan dengan fenomena drakor yang sangat digandrungi di kalangan pecintanya di Indonesia. Poin-poin apa yang saya pikir menjadi titik unggul drakor dibandingkan dengan sinetron Indonesia. Harapanya kita dapat menilai lebih objektif fenomena para pecinta drakor. Tidak dengan justifikasi sepihak dengan mengatakan ‘alay’ atau ‘lebay’ tanpa ada upaya untuk secara objektif memahami bagaimana drakor itu sendiri.  

Dari beberapa judul drama yang saya tonton belakangan ini, digabungkan dengan pengalaman menonton drama-drama korea lainnya beberapa tahun lalu, untuk genre romance saya pikir ada pola yang selalu sama di dalamnya.
Jalan cerita pada drakor biasanya berfokus pada cerita tentang dua orang, laki-laki dan perempuan (belum pernah tahu drakor yang bercerita tentang pasangan sesame jenis haha) --mulai dari sini si laki-laki kita sebut si A, dan perempuan si B—

Prologue dimulai dengan si A dan B yang bertemu pada suatu momen tertentu atau keduanya sudah lama mengenal namun belum memiliki perasaan khusus. Lalu bersamaan dengan sebuah insiden, antara A dan B akan timbul benih-benih suka dan cinta, namun A atau B punya kendala dalam memahami isi hatinya, ragu-ragu, dan bingung untuk memastikan ataupun meneguhkan perasaan cintanya.

Biasanya proses hingga salah satu diantara si A dan B memantapkan diri dan perasaan satu sama lain untuk saling berhubungan, terjadi berkisar antara episode 4 sampai dengan 6. Khas drama korea, hal ini ditandai dengan keduanya saling berciuman atau berpelukan.

Selanjutnya akan datang karakter utama yang baru –kita sebut si C— yang kebanyakan datang dari masa lalu A atau B. Si C datang sebagai ujian cinta bagi A dan B. Si A atau B akan bertengkar, lalu di antara keduanya hampir-hampir akan tergoda pada C. Beberapa drakor bahkan menambahkan karakter D yang fungsinya hampir sama dengan si C. Tindakan C dan D biasanya juga punya keterkaitan hubungan ataupun dukungan dari pihak kerabat/keluarga A dan B.

Namun akhirnya semua ujian cinta akan berhasill dihadapi. Si C atau D akan dengan rela melepas A dan B untuk terus bersama. Tahap ini akan mulai terlihat di episode 10 untuk drakor dengan total episode belasan atau episode 26 pada drakor dengan total episode lebih dari 30. Dan akhirnya…. happy ending. Dari penilaian Ending cerita, drakor genre romance relatif lebih mudah ditebak, beda dengan drama Jepang yang kadang unpredictable. (tapi disini kita tidak jauh membandingkan dengan drama Jepang ya)

Pola-pola seperti ini akan muncul pada setiap genre romance drakor. Namun yang membedakannya adalah tema dan latar (setting) cerita. Misalnya tema kehidupan para dokter dengan latar lingkungan rumah sakit, tema pegawai perusahaan dengan latar kehidupan kantor dan sebagainya. Latar dan tema yang berbeda-beda ini akan menimbulkan problematika yang berbeda-beda pula. Ini lah yang seakan menjadi MSG (bumbu penyedap) dalam drakor.

Hal yang saya pikir jadi nilai plus untuk drakor adalah detil-detil latar yang sangat edukatif. Para penonton drakor akan diperkenalkan, atau bahkan seolah-olah dibawa masuk ke dalam latar cerita, misalnya dalam tema kehidupan polisi, penonton benar-benar akan melihat seluk beluk kehidupan seorang polisi dengan detil-detil profesi tersebut. Detil tersebut ditunjukkan melalui visual dan verbal tiap karakter. Gambaran kantor, penjara, senjata dll akan terlihat sangat natural dan nyata. Istilah-istilah  khusus dalam dunia kepolisian juga diucapkan secara jelas dengan tanggung jawab referensi yang sesuai. Cotoh lain misalnya dalam tema kedokteran, penonton akan dibawa mengenal kehidupan para dokter dan lingkungan rumah sakit. Suka duka menjadi dokter, istilah-istilah penyakit, alat-alat kedokteran dan sebagainya. Semua disampaikan secara jelas dan bertanggung jawab. Oleh karena itu penonton dicerdaskan dengan pengetahuan-pengetahuan baru. Ini yang saya maksud mengedukasi.

Berbeda jauh dengan sinetron Indonseia. Sinetron hanya focus pada prilaku karakter, terlihat dari dialog yang berlebih, serta detil latar yang tidak jelas. Dalam sinetron setiap karakter seolah kompak punya hobi yang sama, yaitu berdiri  berlama-lama dan berbicara saling tatap-tatapan. Beberapa sinetron kadang punya latar cerita di sebuah perusahaan, tapi tidak jelas perusahaannya apa, bergerak dibidang apa, bagaimana si karakter menjalani pekerjaannya, semua tidak dijelaskan detil. Tahu-tahu derektur bisa jatuh cinta begitu saja dengan karyawan, tahu-tahu perusahaannya bangkrut dan karakternya jatuh miskin tanpa kita ketahui alasan logis dan jelas mengenai bagaimana perusahaannya bisa bangkrut.

Selanjutnya dalam drakor Karakter antagonis (C & D) tidak statis dan konsisten sebagai karakter berwatak jahat, begitu pun dengan karakter protagonist yang tidak selalu berlaku baik. Hal ini menjadikan karakter-karakter dalam drakor terlihat lebih manusiawi. Berbeda dengan sinetron yang dalam ceritanya seolah-oleh membagi karakternya menjadi dua, malaikat dan iblis. Malaikat terus jadi malaikat dengan prilaku super sabar dan ikhlas ketika ditindas, serta iblis terus menjadi iblis dengan prilaku super menyebalkan dan jahatnya.
(Hahhh… pokoknya kalau membahas keganjilan sinetron Indonesia bisa habis puluhan halaman.. baiknya dibuat tulisan (postingan) khusus untuk ini. )

Lebih lanjut mengenai drakor, faktor ketampanan karakter pria yang ditampilkan akan membuat kita memaklumi para wanita (cewe-cewe) yang betah dan setia menonton tiap episodenya. (Meski tipikal mukanya seragam semua LOL)


So, intinya saya pikir drakor masih layak untuk ditonton. Apalagi jika pilihannya antara sinetron dan drakor, maka saya lebih sarankan kita menonton drakor. Alasan utamanya sederhana ‘Drakor lebih mendidik daripada sinetron.’ Namun sebaik apapun drakor dan seburuk apapun sinetron, kita harus sadari bahwa keduanya hanyalah kisah rekaan (fiksi). Kisah rekaan ini merupakan interpretasi harapan masyarakatnya. Harapan tentu berlawanan dengan kenyataan. Kita ketahui Amerika dikenal dengan film superhero-nya, ini karena masyarakatnya memiliki harapan akan adanya ‘superhero’ yang bisa memberi perlindungan pada mereka setiap saat ditengah tingginya angka kriminalitas di Amerika. Kalau kita melihat drakor menggambarkan hubungan yang sangat manis dan romantis yang membuat kita berbunga-bunga menontonnya, dapat kita asumsikan itu adalah harapan masyarakatnya dalam kehidupan nyata. Artinya dalam kehidupan nyata masyarakat Korea, percintaan tidak terjadi seindah apa yang kita lihat pada Drakor.


Teruusss, Indonesia dengan sinetronnya mengharapkan apa?????? Hayoooo …

You Might Also Like

0 komentar: