Perbedaan Nuansa Makna Okoru dan Shikaru
Di dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali
kata yang berbeda namun memiliki arti yang sama. Bentuk kata seperti ini dalam bahasa
Indonesia disebut sinonim dan dalam bahasa Jepang disebut ruigigo. Salah satu contoh ruigigo
yaitu verba okoru dan shikaru. Okoru dan shikaru
sama-sama memiliki arti ‘marah’. Namun kedua verba ini juga memiliki perbedaan nuansa makna. Karena itu untuk memahami perbedaan makna
verba okoru dan shikaru, dalam tulisan ini saya akan menganalisis beberapa
contoh kalimat yang berasal dari berbagai macam sumber buku dan internet.
Contoh
kalimat yang menggunakan verba okoru.
1. 私は、父の大切な本に落書きして怒られた。(Nihongo Gakushuuu Tsukaiwake Jiten:158)
Saya dimarahi
karena mencoret buku berharga ayah.
2. 妹は、母に誕生日を忘れたと怒っている。
Adik perempuan
saya marah pada ibu karena lupa hari ulang tahunnya.
3. 父は帰宅の遅い息子を怒った。(Nihongo Kihon Doushi Youho
Jiten:90)
Ayah memarahi puteranya yang terlambat pulang ke rumah.
4.
そんなに怒ることはないよ。彼は冗談を言ってるに過ぎない(http://belajarbawel.weebly.com/)
Tidak perlu semarah itu. Dia hanya sekedar bercanda.
Tidak perlu semarah itu. Dia hanya sekedar bercanda.
Pada empat contoh penggunaan verba okoru diatas, dapat dilihat alasan dan
penyebab kemarahan subjek pada kalimat
1,2,3 adalah perbuatan atau kesalahan orang lain yang dirasa tidak menyenangkan
hanya oleh subjek sendiri. Misalnya pada kalimat 1, buku yang dicoret oleh ‘saya’
adalah buku yang sangat penting bagi Ayah, sehingga efek dicoretnya buku hanya
berdampak pada ayah saja. Karena itu verba okoru dipakai untuk
menunjukkan perasaan marah disebabkan ketidak senangan, ketidak puasan atau
ketidak mampuan mentolerir sesuatu. Verba okoru digunakan untuk menyatakan marah dengan alasan
pribadi dan tidak objektif sehinga kesannya negatif.
Kemudian pada kalimat 4, merupakan sebuah perintah untuk tidak perlu
marah hanya karena sebuah candaan, perintah untuk tidak marah ini bisa jadi
disebabkan oleh ekspresi wajah atau perkataan seseorang yang terlihat. Sehingga
Verba okoru juga digunakan untuk memarahi seseorang dengan emosional dan
ekspresi kemarahan dapat dilihat dari ekspresi wajah atau suara.
Contoh kalimat dengan menggunakan verba shikaru.
Guru memarahi dengan
tegas siswa yang lupa mengerjakan PR.
2. 子供のとき、よく母にしかられました。(minna no Nihongo
II shoukyuu, hal. 94)
Ketika anak-anak saya sering dimarahi ibu.
3. 兄は、この間父に叱られてから、家の手伝いをするようになった。(Nihongo
Gakushuu Tsukaiwake Jiten:158)
‘Setelah abang dimarahi oleh ayah saat itu, dia jadi membantu
pekerjaan rumah.’
4. 親は子供が悪さをするのをしかる。(http://tangorin.com)
‘Orang tua memarahi
anak-anak mereka yang berperilaku buruk’.
Dari 4 contoh kalimat diatas dapat dilihat
alasan penyebab kemarahan dalam tiap kalimat dikarenakan sesuatu kesalahan yang
umum bagi setiap orang, artinya setiap orang akan mengerti bahwa perbuatan yang
dilakukan itu memang salah. Contohnya pada kalimat 1, wajar guru memarahi murid
karena lupa mengerjakan tugas, tidak hanya guru siapaun yang tahu jika ada
seorang murid yang tidak mengerjakan tugas pasti akan marah. Sehingga verba shikaru
digunakan dalam makna untuk menunjukkan perasaan marah yang wajar dengan
tujuan untuk memperingatkan, mengoreksi, menegur, dan memperbaiki sikap,
perbuatan salah atau hal buruk yang telah dilakukan seseorang.
0 komentar: